Tapi fakta tersebut
tak berlaku bagi tim yang rindu akan gelar juara, 18 tahun adalah waktu yang
sangat lama bagi sebuah tim untuk merasakan momen istimewa tersebut.
Hal tersebut
dialami oleh Persib atau yang lebih biasa dikenal dengan julukannya Persib
Maung Bandung, bermarkas distadion bersejarah siliwangi Bandung tim ini sering
berganti-ganti homebase , kadang di Siliwangi kadang juga di Jarak Harupat,
tergantung pada ketetapan PT. Liga terkait penyelenggaraan pertandingan.
Biasanya bila
ada partai Bigmatch seperti laga kontra Persija , Arema atau Persipura. Jarak
Harupat lah yang akan menjadi tempat ngariungnya ( berkumpul ) bobotoh untuk
mendukung Persib , alasannya dapat ditebak yakni dari aspek keamanan dan
kapasitas Jalak Harupat lebih unggul dari Siliwangi.
Akan tetapi
untuk musim depan, Alhamdulillah Persib sudah punya kandang baru yang lebih
megah dan sesuai dengan standar FIFA, namanya Stadion Gelora Bandung Lautan Api,
jadi sekarang Persib tak perlu lagi bolak-balik siliwangi – jalak harupat,
karena GBLA siap melayani bobotoh dan Persib di setiap laga ISL musim depan.
Melihat stadion
GBLA yang megah yang proyeknya menelan dana yang tak sedikit, kini sudah
seharusnya Persib membalas apa yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat,
dan menjawab keraguan publik Jawa Barat dengan prestasi nyata di dunia
sepakbola.
Publik sudah
terlalu lama menunggu, fanatisme butuh pengorbanan besar, coba pikir ?? sudah
berapa banyak uang bobotoh yang dikeluarkan selama hidupnya hanya untuk membeli
tiket sebuah tim yang setiap akhir musim selalu gagal membawa pulang tropi ISL,
tropi yang sangat di idam-idamkan para tifosi sepakbola di tanah air.
Melihat fakta
yang ada. Persib termasuk tim yang tergolong royal dalam bursa transfer,
memiliki banyak pemain bintang, lancar dalam urusan perbayaran gaji pemain,
memiliki jutaan suporter fanatik yang loyal, memiliki nilai historis , dan
mempunyai lumbung uang dari sponsorship.
Tapi semua itu
menjadi sia-sia jika tak meraih gelar yang diinginkan, pertanyaan bijak para
bobotoh adalah !! REK IRAHA JUARA !! PERSIB ?? ( KAPAN MAU JUARA !! PERSIB ??
).
Apa mungkin ini
adalah sebuah clu ?? kalau Persib saatnya harus back to nature. Kembali
mengangkat derajat rakyat sunda dengan mempromosikan dan memainkan putra
pribumi yang memiliki potensi dan skill yang memiliki ikatan bathin yang lebih
kuat dengan rakyat jabar yang rindu gelar.
Ini saya katakan
bukan tanpa alasan. Lihat saja tahun 1994/1995 tahun dimana persib mampu
mempersembahkan gelar pertama di liga indonesia kepada publik jabar, yang kala
itu nama Persib langsung populer di ranah persepakbolaan asia.
Pemain lokal
berkarakter yang ada pada diri Robby Darwis, Anwar Sanusi, Kekey Zakaria,
Mulyana, Yusuf Bachtiar ditambah lagi punggawa lainnya yang mayoritas asli
putra daerah dan dipoles dengan tangan dingin Indra Thohir, justru mereka lah
yang mampu menghantarkan Persib menjadi juara.
Terbalik dengan
saat ini yang setiap tahunnya rutin bongkar pasang pemain, mulai dari pemain
luar berkualitas sampai pemain top Timnas masuk dalam skema permainan Persib.
Namun tak memberikan efek apapun kecuali hanya menghantarkan Persib ke urutan 5
teratas table ISL.
Praktis hanya
ada nama Atep, putra daerah yang sering masuk starting IX. Itu pun sekarang
perannya mulai tergusur oleh Firman Utina dan Mbida Messi. Pemain lain seperti
Airlangga, M.Agung Pribadi, Shahar Ginanjar, Aang, Jajang Sukmara, Cecep hanya
bertugas untuk menghangatkan bangku cadangan dengan porsi bermain sangat minim
musim lalu.
Hal itu lah yang
dikeluhkan banyak bobotoh. Kemana Robby darwis yang baru ?? kemana Yusuf
bachtiar yang baru ?? kemana putra asli daerah kita ?? apa salah jika orang
pribumi bermain bagi PERSIB ?? seburuk itukah penampilan warga pribumi jawa
barat, sampai-sampai tak dilirik oleh PERSIB ??
Pertanyaan itu
terus menerus menghinggapi pikiran para bobotoh yang peduli terhadap
perkembangan Persib saat ini.
Sebenarnya
penampilan putra lokal asli jabar di pentas ISL bisa dibilang tak terlalu
mengecewakan. faktanya kita masih melihat gol Tantan bersama Sriwijawa, Jajang
bersama Mitra Kukar, Zaenal Arif bersama Persepam, belum lagi jebolan-jebolan
akademi Persib yang kini justru menjadi populer di klub lain, sebut saja
Ferdinand Sinaga yang melejit namanya bersama Persisam Samarinda.
Terus permasalahannya
apa lagi ?? apa harus H. Umuh mendatangkan Jose Mourinho atau Pep Guardiola
hanya untuk merebut gelar ISL yang 18 tahun hilang dari genggaman ?
Saya rasa itu
tak perlu, kita cukup bercermin pada kesuksesan Mutiara hitam Persipura tahun
lalu, dimana mereka mampu mengorbitkan banyak pemain muda potensial asli papua
ke tim utama, kolaborasi mereka dengan pemain luar non papua mampu menggetarkan
jagat sepakbola nasional.
Jika Persipura
saja mampu ? Kenapa PERSIB tidak ??
Jangan sampai
para putra daerah yang memiliki potensi dan pemain akademi junior Persib hilang
satu persatu di comot klub rival dan menjadi tenar di klub orang.
Itu merupakan
sebuah pukulan telak bagi manajemen Persib yang terlalu sibuk melihat pemain
luar yang memiliki nama dibanding putra daerah yang siap 100% memberikan
segalanya yang terbaik bagi PERSIB.
Musim depan kita
mulai memakai stadion baru, do’a kami para bobotoh adalah agar stadion baru ini
dapat memberikan harapan baru dan juga dapat mencatatkan sejarah baru bagi
dunia persepakbolaan jawa barat yang hingga saat ini masih setia menanti
jawaban pasti sang pangeran biru.
Maju terus
PERSIB, You’ll never walk alone
karena masih ada kami disini. Keep The Blues Fly Flying High !! BRAVO sepakbola
nasional.