Sabtu, 14 Maret 2015

MALAM PENCERAHAN BAGI LAURENT BLANC

Sebelum kejadian, malam itu aku sempat membaca sebuah artikel di  blog berisi tentang quote's para penulis terkenal tanah air, salah satunya tulisan Pramoedya Ananta Toer , beliau pernah berpesan “Jangan pikirkan kekalahan, pikirkan dulu perlawanan sebaik mungkin, sehormat mungkin”

Entah apa yang ada dalam pikiranku malam itu, mungkin sama dengan apa yang dipikirkan Lauren Blanc, mungkin kita memiliki sebuah chemistry yang rumit untuk dijelaskan, entah darimana Blanc tahu tentang susunan kata-kata itu, aku tak sepenuhnya yakin ia membaca artikel yang sama denganku malam itu, mungkin tuhan memberikan pencerahan dalam bentuk lain kepada blanc yang sedang aku pikirkan dalam bentuk apa itu.   

Memang pada awalnya quotes ini tak berarti apa-apa, baik untukku maupun Laurent Blanc, kalianpun pasti bertanya-tanya hubungan antara quotes ini, aku dan Blanc. Aku pun sebenarnya rumit untuk menjelaskannya, tapi aku ingin mencoba, sampai titik terang itu muncul setelah Ibrahimovic diusir keluar oleh wasit setelah dianggap melakukan tekel horor terhadap Oscar, semua pemain Chelsea berbaris dibelakang wasit menuntut keadilan dari sang pengadil, kecuali Oscar yang sedang guling-guling dan Courtois yang sedang asik melamun dibawah mistar gawang.


Menurutku ini bukan salah mereka (pemain chelsea) yang bersikap provokatif, toh tim lainpun pernah melakukan hal yang sama disituasi yang sama, bukan pula salah Oscar, dan bukan pula salah Ibra si anak bengal itu, tak ada yang salah dengan kejadian itu, semua merupakan bagian dari skenario tuhan yang masih saya pikirkan juga kelanjutannya.

-----

Setelah Ibra diusir, praktis PSG hanya mengandalkan Cavani dilini depan, Cavani memang sendirian, tapi Cavani bukanlah seorang jomblo kesepian, jadi tak perlu kalian kasihani. Lagi pula masih ada rekan-rekannya dibelakang yang sering membantu. Motta, Matuidi, Verrati selalu bergantian memberikan suport kepadanya, agar Cavani lebih dekat dan lebih berani lagi menembak (gawang) yang dikawal Courtois.

Namun Cavani tak cukup berani melawan hadangan para senter bek Chelsea. Upayanya mendekati Courtois selalu di halang-halangi oleh Terry dan Cahill. bahkan sebelum bertemu dengan duo bek tangguh itu, Cavani rela bertempur dengan monster yang bernama Matic. Semua ia lakukan demi nama baik keluarga besarnya (PSG) yang pernah dipermalukan ditempat yang sama tahun lalu.

Namun Chelsea tak tinggal diam, tahu mahkotanya selalu digoda, Chelsea lantas membuat perhitungan, dengan memberikan pelajaran kepada PSG, bahwa satu tembakan seorang bek tengah mampu menghasilkan rasa sakit yang luar biasa. Kemudian diutuslah Gary Cahill sebagai eksekutor, dan berhasil, 1-0 untuk Chelsea.

Tak lama berselang PSG yang sedang kesakitan mulai bereaksi, mereka menyiapkan strategi balas dendam yang jauh lebih sakit dari apa yang ia rasakan saat ini. PSG kemudian memberikan pelajaran kepada Chelsea, bahwa tandukan seorang mantan mampu menghasilkan rasa yang amat sakit, bahkan sakit itu akan tetap membekas sampai kapanpun. Kemudian diutuslah sang mantan David Luiz lengkap dengan selebrasinya, dan berhasil, kedudukan sama kuat 1-1   

Pertarungan pun berlanjut , PSG kali ini berada diatas angin setelah serangan balasan yang mereka lakukan sebelumnya mampu membuat mental para pasukan biru luluh lantah, namun kini saatnya Chelsea membalas, siasat pun diatur sedemikian rupa dengan Hazard sebagai aktor utamanya, dan akhirnya akal bulus Hazard mampu mengelabui Sigiru dan membuat muka sang kapten Thiago Silva merah sejadi-jadinya, bukan marah, namun malu bukan kepalang, 2-1 untuk keunggulan Chelsea

Sadar dirinya dipermalukan, Silva membuat perhitungan khusus kepada Chelsea, sekaligus memberikan pelajaran terakhir kepada Mourinho dan anak buahnya bahwa tangis haru 10 orang pemain diatas lapangan mampu membuat mereka hancur sehancur-hancurnya dan meninggalkan rasa sakit sesakit-sakitnya.

Kemudian ancaman tersebut dia buktikan sendiri didepan mata kepala Mourinho dan anak buahnya, tandukannya mampu membungkam seisi penuh publik Stamford Bridge. pecahlah tangis haru 10 orang pemain ditengah lapangan itu. Kedudukan sama kuat 2-2 , tak ada lagi serangan balasan dari kubu Chelsea, tak ada pula permainan, semuanya berakhir sampai disini, namun PSG lebih diuntungkan dengan kondisi ini karena mereka unggul jumlah gol away. Setelah pertempuran sebelumnya di Parc de Prince kedua kubu bermain imbang 1-1.

-----

Selepas turun minum Laurent Blanc sempat termenung sejenak, otaknya penuh sesak dijejali bayang-bayang kelabu tentang kekalahan memalukan, uang bonus ratusan ribu euro yang melayang begitu saja, dan impian  yang terhenti malam itu juga. Sekitar 3 menit dia mengasingkan diri dari kerumunan orang-orang yang tampak frustasi, hilang gairah, dan krisis kepercayaan diri.

Sampai mukjizat itu turun, setelah ia melihat reka ulang kartu merah yang diterima Ibrahimovic.  Dia langsung bergegas menghampiri satu persatu pemain yang tampil malam itu, dia bisikan beberapa patah kata, tak lupa ia rangkul satu-persatu diantara mereka, menegakan kembali kepala mereka yang sempat tertunduk. Sepertinya cara Blanc berhasil.

PSG berhasil menampilkan suguhan yang luar biasa, tanpa Ibra. 10 pemain PSG mampu mempencundangi anak asuh Mourinho dikandangnya sendiri, sampai beritanya menjadi headline di berbagai media. Laurent Blanc pantas berbangga dengan hasil ini, setidaknya dendamnya tahun lalu sudah terbalaskan musim ini.

Andai saja Mourinho memiliki filing yang sama denganku waktu itu, mungkin kisah Chelsea di liga Champions musim ini masih bisa berlanjut, namun sepertinya tuhan lebih menghendaki PSG untuk lolos. Ya namanya juga sepakbola. Kalah menang sudah biasa, itu sudah menjadi harga mati.

Mungkin tuhan memberikan Laurent Blanc petunjuk secara tersirat bukan tersurat, mungkin isinya tak jauh beda dengan quotes yang saya baca. Namun deliveri pesannya saja yang unik. Melalui skenario yang amat dramatis.

Kartu merah Ibra bisa jadi merupakan suatu bentuk pencerahan bagi Blanc, kalian cukup tahu sampai disitu saja. Selebihnya biarkan Laurent Blanc saja yang merasakannya, yang aku ingat hanya senyuman David Luiz yang membuat aku tak bisa tidur seharian. Jangan tanya kenapa. Kalian sudah tahu jawabannya.