Kamis, 31 Oktober 2013

TENTANG PENALTI ITU !!


TENDANGAN PENALTI DROGBA #FINALUCL2012
Kalo dengar kata penalti, apa yang ada dalam pikiran kita ?? titik 12 pas, momen menegangkan, mental pemain atau mungkin keberuntungan, entah apalah itu. Saya jadi teringat momen dikala penalti menjadi satu-satunya cara atau opsi terakhir untuk memenangkan sebuah pertandingan.

Sambil refresh sejenak setelah beraktivitas seharian, saya menyempatkan diri meluangkan waktu didepan komputer untuk melihat cuplikan video bola yang sempat saya download sebelumnya, terkhusus melihat pertandingan yang ada babak adu penaltinya.
Dimulai dari tragedi Istanbul 2005 s/d Munich 2012 . secara detil saya lihat satu persatu cuplikan yang ada dalam video tersebut, berakhir pada sebuah kesimpulan bahwa menjadi algojo penalti itu bukan perkara mudah, butuh mental baja dan konsentrasi penuh dalam melakukannya.

Anda tau Roberto Baggio ? legenda Italia yang piawai mencetak gol dari berbagai arah dan sangat ditakuti bek lawan, dia pernah gagal dalam mengeksekusi penalti di ajang krusial final Piala Dunia, padahal striker hebat macam dia seharusnya bisa melakukan tugas itu dengan mudah, tapi pada kenyataannya memang tak semudah itu.

Pemain sekelas Andriy Shevchenko pun pernah gagal melakukannya dibabak final Champions League tahun 2005 kontra Liverpool, sekaligus memupuskan harapan Milan untuk menjuarai UCL ke 7 kalinya, berarti tak ada jaminan bagi seorang pemain hebat untuk bisa mengeksekusi penalti dengan sempurna, semua pasti pernah gagal.

Tak bisa dipungkiri juga, faktor keberuntungan sangat berperan besar dalam babak adu penalti, bahkan legenda jerman Franz backenbauer sangat tidak setuju dengan yang namanya babak adu penalti, menurutnya babak adu penalti itu tidak adil, karena tidak menggambarkan hasil pertandingan yang sesungguhnya, dimana tim yang hanya mengandalkan taktik bertahan selama bermain, dapat memenangkan pertandingan dibabak ini.

Bukan hanya keburuntungan saja yang berperan, namun ada faktor lain juga yang mesti dicatat yakni mental dan fokus. Hal itulah yang mesti diutamakan dalam menghadapi babak ini, makanya kebanyakan pelatih selalu mengutamakan pemain yang berpengalaman untuk menjadi eksekutor dibanding pemain yang hanya memiliki skill.

Karena dalam penalti, skill itu nomor dua, dan yang pertama itu mental. Kita dapat melihat dengan jelas bagaimana mental pemain Milan memudar kala Liverpool berhasil menyamakan skor menjadi tiga sama.
Faktor tersebutlah yang membuat mental dan fokus mereka pudar dibabak tos-tosan ditambah lagi dengan gerakan ular ala Jerzi Dudek yang membingungkan, jelas membuat konsentrasi pemain Milan tambah kacau, hasilnya 3 penalti gagal dan Liverpool keluar sebagai juara.
Begitupun tahun 2006, kala Final Piala Dunia di Jerman, ini bukan hanya masalah mental, tapi lebih kepada keberuntungan, karena semua penendang dapat mengeksekusi penalti dengan baik, hanya saja David Trezeguet terlalu over confident menendangnya sampai bola menghantam mistar gawang Gigi Buffon.

Nah, yang komplit terjadi tahun 2012. Final UCL antara Munchen vs Chelsea. Seperti biasa faktor mental yang pudar dan sedikit keberuntungan. Mental pemain Munchen seketika runtuh kala Arjen Robben gagal mengeksekusi penalti dibabak perpanjangan waktu.

Robben pun menolak untuk jadi eksekutor dibabak tos-tosan, karena masih trauma dengan kejadian tadi, ketidaksiapan Robben pun menular pada pemain Munchen lainnya yang nampak nerveos kala mengeksekusi penalti, puncaknya kala penendang terakhir Munchen yakni Bastian Schwensteiger gagal mengeksekusi penalti dengan baik dan akhirnya Chelsea keluar sebagai pemenang.

Tapi ya sudahlah. gone be bye gone , babak adu penalti bagi sebagian orang memanglah bukan harapan mereka, namun untuk sebagian orang lain ada yang mengharapkan hal itu. Kekuatan tim tak berlaku dalam babak ini, karena dalam babak adu penalti tak ada yang namanya tiki-taka atau kick and rush.

Yang ada hanya Loe dan Gw !! kesiapan mental pemain paling utama, disinilah kemampuan individual memainkan perannya, eksekutor harus bisa mencetak gol, sementara kiper harus bisa menahannya.

Seperti bermain head and tail, kita harus memilih satu diantaranya, kemudian melakukannya dan menerima hasil yang didapat.

Beban besar tentunya ada pada eksekutor, karena perbandingan masuknya bola mencapai 90% , sementara 10% nya lagi gagal. Sementara kiper memiliki beban lebih rendah, karena memang dimaklumi tingkat kesulitannya dalam babak ini.

Keduanya tentu memiliki trik tersendiri, seorang kiper ada yang memakai insting untuk menahan bola, ada yang menendang tiang, menepuk dada dan berlaga sedikit angkuh supaya bisa membuat nyali lawan down sebelum menembak, ada pula yang melakukan gerakan-gerakan aneh seperti Dudek. macam-macamlah pokoknya. kalo bahasa kita mah suka-suka loe lah.

Begitupun eksekutor, ada yang mengambil ancang-ancang sejauh mungkin supaya terkesan tendangannya keras seperti David Luiz, ada yang santai tapi mematikan seperti Ryan Giggs, tipuan mata ala Ronaldinho, atau gaya sapi gila ala Wayne Rooney. Terserahlah, yang penting masuk.

Keberhasilan penalti dapat diukur dari sejauh mana seorang pemain mampu mengatasi tekanan yang ada, mencoba untuk tenang dan fokus tanpa terpengaruh gerakan provokatif yang mengganggu dari lawan, barulah ia dapat mengeksekusi penalti dengan baik.

Dan ada satu hal lagi yakni belajar dari kesalahan, dan mempelajari kelemahan lawan sebelum bertanding. Hal ini pernah dilakukan Petr Cech saat sesi latihan sebelum final melawan Bayern Munchen, sebagai antisipasi terjadinya babak tos tosan, Petr Cech mendapat menu khusus yakni menonton cuplikan video eksekusi penalti para pemain Munchen selama 2 jam, hasilnya terbukti efektif, Petr Cech mampu menebak arah semua tembakan, walaupun 3 dari 5 diantaranya masuk juga.

Sama halnya dengan Pepe Reina yang mempelajari khusus gaya eksekusi penalti Balotelli sebelum pertandingan Napoli kontra Ac Milan, hasilnya tendangan penalti Balotelli yang terkenal 100% ampuh dapat ia halau dengan baik.

Dari semua cuplikan video yang saya liat, sebenarnya saya kagum dengan satu penalti, yakni penaltinya Andrea Pirlo pada saat 16 besar EURO 2012 kontra Inggris. Yapz, Panenka Penalti yang menggambarkan kejeniusan sang eksekutor, sekaligus membuat malu kiper lawan. yang kemudian gaya penalti itu kembali populer dan ditiru pemain lainnya.

Tentunya kita semua memiliki pendapat masing-masing tentang hal ini, sudah seharusnya kita saling respect terhadap pendapat sesama, tulisan ini memang bukan diperuntukan untuk konsumsi publik, tapi lebih kepada catatan saya pribadi yang kebetulan iseng-iseng liat cuplikan video bola, kemudian berinisiatif mengurainya dalam bentuk tulisan. 

Sekali lagi ternyata jadi algojo penalti itu tidaklah mudah, perlu kesiapan, mental baja, fokus dan keberuntungan.  





  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar