Sabtu, 12 Oktober 2013

KALA KEMAMPUAN MEREKA DISANDINGKAN DENGAN PARA PEMAIN TOP EROPA


“masih Ilham Udin Armayn membawa bola, masih Ilham Udin ... jebreett, namun sayang tendangannya masih melebar “ atau “ Evan Dimas membawa bola, one touch dengan Muchlis, kembali Evan Dimas ... Ahaayyy ... ”

Itu lah salah satu contoh kreatif komentator di negeri ini yang kosakata barunya seperti Jebret dan Ahaayy berhasil menjadi trending topic sepakbola nasional akhir-akhir ini, tapi tak apalah. karena sejatinya sepakbola adalah hiburan, entah itu kata-kata komentatornya, permainan di lapangan atau kejadian unik lainnya yang terjadi. yang terpenting masyarakat bisa di bawa hepi dengan sajian tersebut.  

Terkenalnya kata Jebret dan Ahayy tak lain karena terinspirasi oleh aksi gemilang pasukan garuda jaya di ajang turnamen resmi baik tingkat regional asia tenggara AFF, sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni Asia (AFC).


Berbekal sebagai juara AFC setelah menundukan Vietnam U 19 di partai puncak, kini pasukan garuda jaya asuhan coach Indra Sjafri mesti berjuang mati-matian demi memperebutkan tiket final menuju Myanmar tahun 2014 mendatang.

Lawan yang akan mereka hadapi adalah Korea Selatan, sang pemuncak grup sementara. Meski Evan Dimas cs bermain apik di dua laga awal, kala berhasil mengandaskan perlawanan Laos 4-0 dan membungkam Filipina 2-0 tapi hasil itu belum tentu menjamin mereka untuk lolos.  Karena Korsel juga memiliki peluang yang sama dengan Indonesia.

Maka pantas jika partai nanti malam, adalah partai yang amat krusial bagi kedua klub, pasalnya masing-masing juara grup berhak mengunci 1 tiket otomatis menuju Myanmar 2014, sementara 1 tiket tambahan akan diperebutkan Runner Up terbaik pada babak qualifikasi ini.

Hal yang mesti dilakukan pasukan garuda jaya adalah bermain all out. Bermain lebih fight. Bermain lebih cerdas, dan tetap menjaga ritme permainan terbaik mereka. Kemenangan atas Korsel adalah harga mati jika Indonesia ingin tampil di Myanmar tahun depan.

Secara taktikal biar lah tugas ini kita serahkan kepada coach Indra Sjafri yang lebih faham seluk beluk anak asuhannya, tugas kita adalah beli tiket buat nonton di senayan nanti malam, atau sekedar beli kacang dan kopi di warung terdekat untuk persiapan nobar di rumah. Whatever !!

Yang menarik perhatian saya selama menonton Timnas U-19 adalah komposisi pemain nya yang luar biasa, yang di sesaki pemain muda berbakat, penuh talenta sekaligus tulang punggung timnas senior di masa mendatang.

Selain itu, tentu saja permainannya yang lebih rileks dan menghibur, passing-passing satu duanya mengingatkan kita pada permainan tiki-taka Barcelona yang mengandalkan power of team work, dan satu lagi ... babak kedua pemain nya masih sanggup berlari kencang  dan menjaga ritme permainan mereka dengan baik. Saluutt deh buat pasukan Timnas kita yang satu ini.

Menilik Starting line up yang sering diturunkan coach Indra Sjafri belakangan ini, saya memiliki sebuah gambaran menarik tentang timnas ini, saya mencoba menyamakan kualitas mereka dengan para pemain top Eropa yang tentunya sudah lebih dulu terkenal namanya dibanding mereka. Beginilah kira-kira hasilnya !!

Rafi Murdianto | Kiper
Perawakannya cukup tinggi, kalem, tenang dalam mengantisipasi duel bola atas, cakap berkomunikasi dengan pemain di barisan bertahan, sosok ini mengingatkan kita pada gigi Buffon legenda hidup sepakbola Italia. Kalo regional sosok ini pantas disebut The Next Kurnia Mega.

Hansamu Yama Pranata | Bek tengah
Memiliki postur tubuh paling tinggi diantara teman-temannya yang lain, rajin maju ke depan dan memiliki kelebihan dalam duel bola udara. bola-bola set piece dan corner adalah makanan kesukaannya, bila ditilik lebih dekat permainan Yama mirip seperti John Terry yang sama berbahaya nya jika berduel bola atas.

Putu Gede Juni Antara | Bek tengah
Namanya mengingatkan kita pada bek Persita tahun 1999, entah ini anaknya atau bukan, tapi gayanya cukup tenang, lugas dalam menangkis serangan lawan, dan piawai mengendalikan chaos di lini belakang. Bila ia terus bermain konsisten, saya pikir ia layak untuk menjadi penerus Sergio Ramos, yap Sergio Ramos nya Indonesia.

Muhammad Fahri Albaar | Bek Kanan
Kecepatan dan kemampuan crossingnya sangat luar biasa, rajin menyisir sektor sayap dan disiplin dalam bertahan. Mungkin dulu Dani Alves belum tentu sebaik dia di usia mudanya.

Muhammad Fathurohman | Bek Kiri
Bermain melebar ke sektor kiri, membuat aliran bola timnas menjadi lebih baik, selain disiplin dalam bertahan, ia juga tak segan membantu pemain lain yang ada di depan. Kecepatan dan olah bola nya mengingatkan kita pada sosok Ashley Cole.

Evan Dimas Pramono | Pemain tengah
Kalo yang satu ini gak usah ditanya lagi, el capitano . wajahnya nampak terlihat lemas ketika bermain dan tidak meyakinkan bahwa ia adalah pemain hebat, namun permainannya sangat sangat luar biasa, sepintas sosok ini mengingatkan kita pada playmaker terbaik dunia Andrea Pirlo kala ia berseragam I Rossoneri.

Muhammad Hargianto  | Pemain Tengah
Tendangan canon ball nya sungguh luar biasa, dan kiper Filipina U 19 pun mengakui akan hal itu, memiliki visi bermain yang bagus, duetnya dengan Evan Dimas merupakan kunci keberhasilan timnas U 19 racikan Indra Sjafri. Maka tak berlebihan jika kita menjulikinya The Next Steven Gerard.

Zulfiandi | Pemain tengah
Memiliki visi bermain yang bagus, apik dalam bermain, kerap membantu pertahanan dan rajin juga membantu serangan. Kalo di Indonesia pemain seperti ini sering disebut gelandang pengangkut air. Mungkin dalam dirinya tertanam kolaborasi dua sosok pemain tengah tangguh Xabi Alonso dan Ramires.

Ilham Udin Armayn | Striker
Gayanya agak sedikit urakan, percis Neymar, namun yang mirip hanya kecepatannya saja. disebut Ronaldo juga kurang pas, kira-kira si udin mirip siapa ya ?? hhe ... Drogba bisa jadi, tapi yang lebih tepat, tipikal bermainnya mirip Daniel Sturridge.

Muchlis Hadi Ning Syaifulloh | Striker
Nomor 10 tumpuan Timnas U 19 dalam urusan mencetak gol, penempatan posisinya cukup baik, bila ia terus dibina dan terus dipantau perkembangannya, ia bisa menjadi Sergio Aguero versi baru.

Dinan Javier | Striker
Bila ia bermain, maka udin bisa mengirit energi lebih, karena peluang timnas kebanyakan berasal dari penetrasi sektor kiri pertahanan lawan yang berasal dari pergerakan Dinan, bila ditilik pemain ini memiliki kesamaan bermain dengan Stephan El Sharrawy.

Belum lagi yang ada di Bench masih ada nama Paulo Sitanggang, Maldini, Yabes dan pemain lain yang kualitasnya tak kalah hebat dengan pemain yang ada di starting line up.

Menarik bukan ? mereka memang belum semahir para seniornya, namun bila mereka terus dibina dan diberi jam terbang lebih, saya pikir mereka mampu melakukan hal yang sama, bahkan bisa melebihi pencapaian para suksesornya di masa mendatang.

Hal yang mesti diberikan apresiasi lebih terhadap timnas muda kita adalah semangat juang mereka untuk membuktikan bahwa keputusan PSSI untuk menaturalisasi banyak pemain top yang belum teruji nasionalismenya adalah sebuah keputusan yang keliru.

Dan mereka meyakini bahwa suatu saat masyarakat akan sadar dengan hal itu, sembari berkata. Just Look at me, cukup lihatlah kami. Kami mampu memberikan yang terbaik bagi kemajuan sepakbola bangsa ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar