“masih Ilham
Udin Armayn membawa bola, masih Ilham Udin ... jebreett, namun sayang
tendangannya masih melebar “ atau “ Evan Dimas membawa bola, one touch dengan
Muchlis, kembali Evan Dimas ... Ahaayyy ... ”
Itu lah salah satu
contoh kreatif komentator di negeri ini yang kosakata barunya seperti Jebret
dan Ahaayy berhasil menjadi trending topic sepakbola nasional akhir-akhir ini,
tapi tak apalah. karena sejatinya sepakbola adalah hiburan, entah itu kata-kata
komentatornya, permainan di lapangan atau kejadian unik lainnya yang terjadi.
yang terpenting masyarakat bisa di bawa hepi dengan sajian tersebut.
Terkenalnya kata
Jebret dan Ahayy tak lain karena terinspirasi oleh aksi gemilang pasukan garuda
jaya di ajang turnamen resmi baik tingkat regional asia tenggara AFF, sampai ke
tingkat yang lebih tinggi yakni Asia (AFC).
Berbekal sebagai
juara AFC setelah menundukan Vietnam U 19 di partai puncak, kini pasukan garuda
jaya asuhan coach Indra Sjafri mesti berjuang mati-matian demi memperebutkan
tiket final menuju Myanmar tahun 2014 mendatang.
Lawan yang akan
mereka hadapi adalah Korea Selatan, sang pemuncak grup sementara. Meski Evan
Dimas cs bermain apik di dua laga awal, kala berhasil mengandaskan perlawanan
Laos 4-0 dan membungkam Filipina 2-0 tapi hasil itu belum tentu menjamin mereka
untuk lolos. Karena Korsel juga memiliki
peluang yang sama dengan Indonesia.
Maka pantas jika
partai nanti malam, adalah partai yang amat krusial bagi kedua klub, pasalnya
masing-masing juara grup berhak mengunci 1 tiket otomatis menuju Myanmar 2014,
sementara 1 tiket tambahan akan diperebutkan Runner Up terbaik pada babak
qualifikasi ini.
Hal yang mesti dilakukan
pasukan garuda jaya adalah bermain all out. Bermain lebih fight. Bermain lebih
cerdas, dan tetap menjaga ritme permainan terbaik mereka. Kemenangan atas
Korsel adalah harga mati jika Indonesia ingin tampil di Myanmar tahun depan.
Secara taktikal
biar lah tugas ini kita serahkan kepada coach Indra Sjafri yang lebih faham
seluk beluk anak asuhannya, tugas kita adalah beli tiket buat nonton di senayan
nanti malam, atau sekedar beli kacang dan kopi di warung terdekat untuk
persiapan nobar di rumah. Whatever !!
Yang menarik
perhatian saya selama menonton Timnas U-19 adalah komposisi pemain nya yang
luar biasa, yang di sesaki pemain muda berbakat, penuh talenta sekaligus tulang
punggung timnas senior di masa mendatang.
Selain itu,
tentu saja permainannya yang lebih rileks dan menghibur, passing-passing satu
duanya mengingatkan kita pada permainan tiki-taka Barcelona yang mengandalkan
power of team work, dan satu lagi ... babak kedua pemain nya masih sanggup
berlari kencang dan menjaga ritme
permainan mereka dengan baik. Saluutt deh buat pasukan Timnas kita yang satu
ini.
Menilik Starting
line up yang sering diturunkan coach Indra Sjafri belakangan ini, saya memiliki
sebuah gambaran menarik tentang timnas ini, saya mencoba menyamakan kualitas
mereka dengan para pemain top Eropa yang tentunya sudah lebih dulu terkenal
namanya dibanding mereka. Beginilah kira-kira hasilnya !!
Rafi Murdianto |
Kiper
Perawakannya
cukup tinggi, kalem, tenang dalam mengantisipasi duel bola atas, cakap
berkomunikasi dengan pemain di barisan bertahan, sosok ini mengingatkan kita
pada gigi Buffon legenda hidup sepakbola Italia. Kalo regional sosok ini pantas
disebut The Next Kurnia Mega.
Hansamu Yama
Pranata | Bek tengah
Memiliki postur
tubuh paling tinggi diantara teman-temannya yang lain, rajin maju ke depan dan
memiliki kelebihan dalam duel bola udara. bola-bola set piece dan corner adalah
makanan kesukaannya, bila ditilik lebih dekat permainan Yama mirip seperti John
Terry yang sama berbahaya nya jika berduel bola atas.
Putu Gede Juni
Antara | Bek tengah
Namanya
mengingatkan kita pada bek Persita tahun 1999, entah ini anaknya atau bukan,
tapi gayanya cukup tenang, lugas dalam menangkis serangan lawan, dan piawai
mengendalikan chaos di lini belakang. Bila ia terus bermain konsisten, saya
pikir ia layak untuk menjadi penerus Sergio Ramos, yap Sergio Ramos nya
Indonesia.
Muhammad Fahri
Albaar | Bek Kanan
Kecepatan dan
kemampuan crossingnya sangat luar biasa, rajin menyisir sektor sayap dan
disiplin dalam bertahan. Mungkin dulu Dani Alves belum tentu sebaik dia di usia
mudanya.
Muhammad
Fathurohman | Bek Kiri
Bermain melebar
ke sektor kiri, membuat aliran bola timnas menjadi lebih baik, selain disiplin
dalam bertahan, ia juga tak segan membantu pemain lain yang ada di depan.
Kecepatan dan olah bola nya mengingatkan kita pada sosok Ashley Cole.
Evan Dimas Pramono
| Pemain tengah
Kalo yang satu
ini gak usah ditanya lagi, el capitano . wajahnya nampak terlihat lemas ketika
bermain dan tidak meyakinkan bahwa ia adalah pemain hebat, namun permainannya
sangat sangat luar biasa, sepintas sosok ini mengingatkan kita pada playmaker
terbaik dunia Andrea Pirlo kala ia berseragam I Rossoneri.
Muhammad
Hargianto | Pemain Tengah
Tendangan canon
ball nya sungguh luar biasa, dan kiper Filipina U 19 pun mengakui akan hal itu,
memiliki visi bermain yang bagus, duetnya dengan Evan Dimas merupakan kunci
keberhasilan timnas U 19 racikan Indra Sjafri. Maka tak berlebihan jika kita
menjulikinya The Next Steven Gerard.
Zulfiandi |
Pemain tengah
Memiliki visi
bermain yang bagus, apik dalam bermain, kerap membantu pertahanan dan rajin
juga membantu serangan. Kalo di Indonesia pemain seperti ini sering disebut
gelandang pengangkut air. Mungkin dalam dirinya tertanam kolaborasi dua sosok
pemain tengah tangguh Xabi Alonso dan Ramires.
Ilham Udin
Armayn | Striker
Gayanya agak
sedikit urakan, percis Neymar, namun yang mirip hanya kecepatannya saja. disebut
Ronaldo juga kurang pas, kira-kira si udin mirip siapa ya ?? hhe ... Drogba
bisa jadi, tapi yang lebih tepat, tipikal bermainnya mirip Daniel Sturridge.
Muchlis Hadi
Ning Syaifulloh | Striker
Nomor 10 tumpuan
Timnas U 19 dalam urusan mencetak gol, penempatan posisinya cukup baik, bila ia
terus dibina dan terus dipantau perkembangannya, ia bisa menjadi Sergio Aguero versi
baru.
Dinan Javier |
Striker
Bila ia bermain,
maka udin bisa mengirit energi lebih, karena peluang timnas kebanyakan berasal
dari penetrasi sektor kiri pertahanan lawan yang berasal dari pergerakan Dinan,
bila ditilik pemain ini memiliki kesamaan bermain dengan Stephan El Sharrawy.
Belum lagi yang
ada di Bench masih ada nama Paulo Sitanggang, Maldini, Yabes dan pemain lain
yang kualitasnya tak kalah hebat dengan pemain yang ada di starting line up.
Menarik bukan ?
mereka memang belum semahir para seniornya, namun bila mereka terus dibina dan
diberi jam terbang lebih, saya pikir mereka mampu melakukan hal yang sama,
bahkan bisa melebihi pencapaian para suksesornya di masa mendatang.
Hal yang mesti
diberikan apresiasi lebih terhadap timnas muda kita adalah semangat juang
mereka untuk membuktikan bahwa keputusan PSSI untuk menaturalisasi banyak
pemain top yang belum teruji nasionalismenya adalah sebuah keputusan yang
keliru.
Dan mereka
meyakini bahwa suatu saat masyarakat akan sadar dengan hal itu, sembari berkata.
Just Look at me, cukup lihatlah kami. Kami mampu memberikan yang terbaik bagi
kemajuan sepakbola bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar